Monday, May 28, 2007

Terimakasih atas partisipasi nya dalam acara Familly Gathering Great Corolla Club



beberapa personil member GCC :

Personil GCC

Monday, May 14, 2007

Peta Gathering



Dear all Grecoers, ini peta menuju lokasi gathering, untuk meeting point di tempat biasa Panpol Jam 14:00

ttd

Panitia

Wednesday, May 9, 2007

Kemacetan di Jakarta, Adakah Jalan Keluarnya?

JIKA Anda penduduk Kota Jakarta atau penduduk Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang banyak beraktivitas di Jakarta, kemacetan adalah pemandangan sehari-hari. Sebaliknya, Anda justru akan bertanya-tanya jika suatu hari (termasuk hari libur) lalu lintas begitu lancar.

MACET adalah pemandangan sehari-hari, suatu keniscayaan yang mau tidak mau harus diterima siapa saja yang berkendara di Jakarta. Tidak peduli siapa Anda, apa kedudukan Anda, apa pun keperluan Anda, dan di mana pun Anda berkendara (juga di jalan tol). Kekecualian hanyalah untuk segelintir orang yang berada di lingkaran RI-1 dan RI-2 dan para menterinya, serta mereka-mereka yang setingkat dengan kaum elite tersebut.Jika Anda termasuk golongan orang biasa, jangan berharap. Lebih baik memperbanyak sabar karena tidak ada pengecualian lagi.

Sumber utama kemacetan lalu lintas lain di Jakarta tak pelak lagi adalah ketidakseimbangan antara jumlah kendaraan bermotor dengan panjang jalan yang tersedia. Padahal, panjang rata-rata mobil saja sudah empat meter.

Ketidakseimbangan ini memicu situasi saling rebutan jalan antara sopir-sopir angkutan umum karena alasan mengejar setoran. Tidak ada lagi yang peduli dengan norma-norma dan etika berkendara yang baik dan sopan. Semuanya seperti berubah menjadi liar dan garang, siap menerjang siapa saja ketika berada di belakang kemudi kendaraannya.

Sumber kemacetan lain yang tidak kalah pentingnya dibanding soal panjang jalan yang terbatas adalah ketidakdisiplinan berlalu lintas yang semakin menggejala akhir-akhir ini. Pada awalnya, ketidakdisiplinan ini hanya dimiliki para pengemudi angkutan umum karena mengejar setoran tadi. Namun belakangan, ketidakdisiplinan itu tidak lagi monopoli mereka.

Lihat saja bagaimana pengendara sepeda motor maju seenaknya sampai melewati garis batas berhenti di persimpangan jalan, mobil pribadi ikut mengekor di belakangnya. Anehnya, semua itu terjadi di depan mata polisi yang berjaga di persimpangan jalan. Bahkan, tidak jarang polisi malah meminta para pengendara maju ke tengah persimpangan.

Lihatlah juga mobil pribadi yang seenaknya diparkir di bawah rambu larangan berhenti atau larangan parkir. Lihat juga para pengendara sepeda motor yang seenaknya melaju kencang melawan menggunakan jalur arah sebaliknya.

Yang memprihatinkan adalah kenyataan bahwa semakin hari kemerosotan disiplin berlalu lintas itu semakin terlihat nyata tanpa ada tanda-tanda perbaikan. Hal lain yang juga perlu dipertanyakan adalah soal kebijakan jalan searah. Sudah menjadi sinisme umum bahwa di antara jalan searah ternyata tidak menghilangkan kemacetan, melainkan hanya memindahkannya.

Ambil contoh Jalan Ciputat Raya dan Jalan Iskandar Muda (Jalan arteri Pondok Indah), Jakarta Selatan. Sebelum Jalan Ciputat Raya dibuat searah (mulai dari pertigaan depan pool Blue Bird sampai Kantor Kelurahan Kebayoran Lama Selatan), kemacetan terjadi di sepanjang ruas jalan tersebut. Sebaliknya, Jalan Iskandar Muda relatif lancar dari simpang susun Kebayoran Lama sampai dengan Masjid Pondok Indah. Akan tetapi sejak diberlakukan jalan searah di sana, praktis kemacetan berpindah dari Jalan Ciputat Raya ke Jalan Iskandar Muda!
Jadi, kemacetannya tetap, hanya tempatnya yang berpindah. Kenapa? Karena jumlah kendaraan yang lalu lalang di sana tetap dan panjang jalannya pun tidak berubah.

Tengoklah ruas Jalan Ciledug Raya mulai dari Simpang Susun Kebayoran Lama sampai depan toko rabat Alfa. Praktis seluruh kegiatan jual-beli bisa ditemukan. Akibatnya, kendaraan yang lewat di sana harus merayap, benar-benar merayap, karena sebagian besar badan jalan habis termakan petak-petak pedagang tumpah.

Kebijakan 3 in 1 sepanjang kawasan Thamrin-Sudirman-Gatot Subroto ternyata juga hanya memindahkan kemacetan ke jalan-jalan arteri di sekitarnya. Tidak ada yang meragukan tujuan kebijakan ini, tetapi kebijakan ini layak dipertanyakan karena ternyata tidak efektif mengatasi kemacetan lalu lintas. Apalagi kenyataan bahwa joki-joki dengan mudah didapatkan di sepanjang mulut koridor menuju jalur utama 3 in 1. Di dalam ruas tol sekali pun!

Adakah solusinya?

Solusi paling ideal sudah barang tentu dengan menambah panjang jalan. Namun semua juga tahu, solusi ini paling sulit diwujudkan dan paling mahal biayanya. Pembebasan tanah dan penggusuran bangunan bukanlah hal yang dengan mudah dapat dilakukan di era reformasi ini. Prinsip "hak milik fungsi sosial" sudah tidak lagi dengan mudah bisa diberlakukan di zaman di mana setiap orang bebas untuk menerima atau menolak "tawaran" pembebasan tanah untuk kepentingan umum sekalipun.

Apa pun solusi utama yang akan dipilih, ada satu solusi alternatif yang sangat tidak boleh dilupakan, bahkan harus segera dilaksanakan, yaitu penegakan disiplin berlalu lintas. Mengapa sampai terjadi kendaraan saling serobot dan kendaraan menumpuk di persimpangan? Jawabnya karena tidak ada junction box (kotak persilangan).

Di negara tetangga, tidak pernah terlihat ada kendaraan menumpuk di persimpangan karena siapa saja yang memasuki persilangan dengan kotak warna kuning itu ketika kendaraan di depannya masih padat tersendat pasti akan ditilang.

Di Jakarta, junction box pernah akan diterapkan, tetapi kotak-kotak warna kuning yang pernah dibuat di sejumlah persimpangan itu kini tak lagi jelas nasibnya. Ini terjadi karena Dinas Perhubungan DKI memang tidak serius menggarap soal ini.

Penutupan tempat memutar (U turn) memang perlu dilakukan bila tempat pemutaran itu terlalu dekat jaraknya dengan persimpangan. Akan tetapi, itu bukan berarti semua pemutaran harus ditutup karena sebenarnya bisa dimanfaatkan menuju jalan alternatif.

Banyak solusi kecil yang sebenarnya bisa dilakukan untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, tetapi yang paling utama adalah penegakan disiplin. Akan tetapi, penegakan disiplin yang sungguh-sungguh, bukan malah polisi yang lebih banyak menjebak pelanggar lalu lintas yang salah jalan. Dan bukannya mendidik masyarakat agar mempunyai etika berlalu lintas.

Solusi komprehensif tentu saja harus termasuk juga penyediaan sarana angkutan umum massal yang memadai, nyaman, aman, dan tarifnya terjangkau masyarakat. Termasuk di dalamnya adalah busway dan monorail... pertanyaan selanjutnya...APAKAH DENGAN ADANYA BUSWAY DAN MONORAIL MAKAN KEMACETAN DI JAKARTA AKAN TERATASI????

Tuesday, May 8, 2007

Family Gathering

FAMILY GATHERING GCC akan dilaksanakan :
Tanggal : 18 - 19 Mei 2007 (Jum'at & Sabtu)
Tempat : Griya Alam Ciganjur


CHECK IN :- Jum'at jam 13.00 (boleh dateng sore ato malem, tp jangan kemaleman ntar ngga seru)
CHECK OUT :- Sabtu jam 13.00 (sorean juga boleh)
Saya mengharapkan semua rekan2 GCC bisa ikut dalamacara tersebut.
Selain silaturahmi dalam pertemuan tersebut akandiadakan pembahasan mengenai GCC (struktur, program kerja, keanggotaan dll) tentunya kami perlu masukan dari semua rekan2.
Hayolah ! Daftar

Salam,
Panitia

for information contact :
Dimas 0816972039
Danang 08161334719